Mencontoh serambi mekkah
Kenapa Daerahku Tidak
seperti Atjeh
Aceh adalah Provinsi
paling barat negara indonesia, Aceh adalah daerah yang mengedepankan asas asas Islam
dalam kehidupannya sehingga dijuluki dengan “serambi mekkah”. Dengan kearifan
lokal yang ada masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi nilai nilai Islam dalam
setiap sikap tindak mereka, jadi jangan heran apabila dapat mngurangi aspek
kriminalitas dan sikap sosial yang meresahkan. Pemerintah Aceh telah
mengeluarkan Peraturan Daerah nomor 11 tahun 2002 tentang busana, rakyat Aceh
diatur dalam berbusana yakni cara berbusana yang didasarkan pada syariat Islam
yaitu dengan tidak memperlihatkan aurat kepada orang lain baik perempuan
maupun laki laki, jangankan
memperlihatkan aurat memakai pakaian tertutup namun ketat pun dilarang. Baru
baru ini pemerintah Aceh melakukan razia busana terhadap masyarakat dan banyak
dari mereka terjaring oleh razia ini, seharusnya negara ini dapat mencontoh
sebuah peraturan semacam ini.
Gorontalo
adalah Provinsi baru yang terbentuk pada tahun 2000 oleh karena pemisahan dari Provinsi
Sulawesi utara, tapi sebetulnya Gorontalo telah membebaskan diri dari
penjajahan 2 tahun lebih dulu dari kemerdekaan indonesia yakni tepatnya pada
tanggal 23 januari 1996 namun karena aturan administrasi maka gorontalo masuk
pada wilayah kekusaan pemerintah Sulawesi utara. Gorontalo pada saat memisahkan
dari provinsi sulawesi utara terdiri atas 4 kabupaten dan 1 kotamadya yaitu
Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten
Boalemo, Dan Kota Gorontalo. Gorontalo dengan begitu berbudaya memiliki suatu
falsafah hidup yaitu “ Adati hula – hula to syareati, Syareati hula – hula to
Kitabullah” yang artinya “ Adat bersendikan Syariat, Syariat bersendikan Al
Qur’an”. Hal ini menunjukan bahwa rakyat Gorontalo berdasar penuh pada aqidah
dan syariat Islam, namun hal ini dapat dikatakan hanya falsafah orang dahulu
saja karena yang mengamalkan falsafah ini hanyalah kaum tua saja tapi tidak
akan kaula mudanya yang mulai tergerus perkembangan zaman medernisasi takni
dimana para pemudanya mulai melupakan perjuangan, adat, budaya serta sikap dan
perilaku nenek moyangnya. Mereka lebih mencontoh orang orang barat yang jauh
dari sikap dan perilaku masyarakat Gorontalo yang hakiki, dimana cara
berpakaian mereka, gaya bicara mereka serta sikap dan perilaku mereka sangat
berbeda dengan sikap dan perilaku masyarakat dahulu yang terkenal sopan dan
arif terhadap sesama. Suatu harapan besar muncul untuk dapat mencontoh Provinsi
Aceh yang berhasil melaksanakan suatu sistem kehidupan yang didasarkan pada
syariat Islam, bukankah Gorontalo merupakan daerah yang berbasis Islam pula?,
daerah kita dijuluki “ serambi medina” oleh karena rakyat Gorontalo yang
notabene adalah pemeluk Islam, esensinya kenapa Gorontalo tidak dapat
menjalankan suatu sistem kehidupan yang berdasar pada asas Islam, sebenarnya
dimana letak perbedaan antara Gorontalo dengan Aceh. Apakah karena Aceh
mendapat derajat yang lebih tinggi dari daerah lain diindonesia, yang mendapat
kekhususan tersendiri yakni DI (Daerah Istimewa) Nanggro Aceh Darussalam.
Tapi Gorontalo tetaplah Gorontalo tanah kelahiranku, semoga harapan besar ini
dapat terwujud dikemudian hari yang nantinya akan mendatangkan kesehjateraan
kepada rakyatnya serta dapat mempertahankan kearifan lokal disamping tuntutan
Zaman yang mengekang untuk selalu diikuti.
Post a Comment